Selasa, 24 Februari 2009

UNTUK TEMANKU YANG TERTINDAS

Oh, kamu yang lahir di bangsal kesengsaraan, yang dipelihara oleh sukma ketekunan, yang bermain seperti anak-anak dalam jeruji kaum tiran, yang memakan Sagu keringmu dengan helaan nafas dan minum air keruhmu bercampur air mata kepahitan.
Oh, Sang Cerdas yang diperintah oleh sistem terputar, yang berbelit-belit bagai si Kakek yang sembelit sakit perut karena menelan Kasbi mentah, meninggalkan anak-istrinya untuk memasuki arena pendidikan demi sebuah ambisi yang mereka sebut dengan kebutuhan.
Oh, penyair yang terlunta bagai pengemis di sela gedung-gedung mewah, tak dikenal diantara orang-orang sekitarnya, yang hanya ingin hidup sebagai sampah masyarakat dan musuh penguasa, yang hanya menginginkan kertas dan tinta, untuk menumpahkan segala penderitaan saudaranya.
Dan kalian, wanita malang, yang diberi Tuhan keindahan di setiap lekuk tubuhmu. Anak-anak muda yang tak beriman akan melihat kecantikanmu dan membuntutimu, memperdayaimu dan menebus penderitaanmu dengan harta yang diculik dari saku orang tua mereka. Bila kalian tunduk kepadanya, kalian seperti mangsa yang menggelepar dalam cakar kerendahan dan kenistaan yang menyedihkan. Dan kalian para wanita yang tunduk pada jabatan dan rakus kekuasaan. Apakah pengorbananmu mendayung perahu demi mencari sesuap ilmu hanya untuk memamerkan ngilu yang selama ini semakin menderu?
Dan kalian, para sahabat-sahabatku yang rendah hati dan senang mengucilkan diri, yang rela berkorban demi mereka yang masih tertutup nuraninya, yang terbungkam mulutnya, yang tertunduk ketika mendengar suara para penguasa. Ancaman tidak akan menyurutkan tiap helai semangatmu. Kamu bersedih, namun kesedihanmu adalah buah kerakusan para penguasa, ketidakadilan Sang Cerdas yang menimbang dengan mengotori timbangan, buah tirani keegoisan akan kesempurnaan dengan alasan lahir lebih dulu dari kalian.
Jangan pernah putus asa, karena diluar ketidakadilan dunia ini, di luar materi, di balik selimut kabut, di luar segala sesuatu masih ada sebuah kekuatan yang Maha Adil, Maha Santun, Maha Cinta.
Kalian bagaikan bunga-bunga yang tumbuh dalam bayang-bayang hitam, angin semilir akan membawa benihmu menuju matahari tempat ia menempati sebuah kehidupan yang di impikan. Kalian bunga-bunga yang mencoba menaburkan wewangian di sekeliling bangkai busuk. Dan saat ini, musim dingin baru saja tiba. Masih ada musim semi yang akan menumbuhkan tunasmu dan menghiasimu dengan dedaunan ranum dan segar.
Kebenaran, akan mencabik selubung airmata yang dulu menyembunyikan senyum manismu.
Saudara-saudaraku, aku akan datang dan terus menghantui mereka, membantu kalian dengan lembaran yang dianggap bertorehkan hasutan. Menghinakan jiwa penindas-penindasmu, agar tercuci dengan sendirinya karena akal mereka yang akan kembali karena taburan air yang jernih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yang Anda Baca Belum Seutuhnya Semperna